-->
« - ··.·÷×Rümãh÷SîPüt×÷·.··»

Laki-laki.

Bandung, Indonesia

Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak Menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.
::
Start
«··.·÷×RümãhSîPüt×÷·.··»
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

« - ··.·÷×Rümãh÷SîPüt×÷·.··»

Lelaki Buta Separuh Baya DI Hening Malam.


Malam ini laki-laki itu kembali melangkah gagah melewati depan rumahku. Seperti biasa dengan lincah mengayunkan tongkatnya yang bergemerincing. Tongkat tua yang menjadi mata hari-harinya, yang menjadi kawan, saudara, atau bahkan keluarganya. Aku selalu melihatnya berjalan dengan biasa tanpa takut seperti orang pada umum nya. Ya, laki-laki buta itu memang menarik perhatianku. Takjub, Kagum, Heran dan miris. Itulah yang ku rasakan tiap melihatnya. Bagaimana bisa dengan sepasang matanya yang tidak bisa melihat dapat menjalani hari-harinya seperti kebanyakan orang.

Sesekali dia menyeka keringat di wajahnya dengan kain lusuh yang melingkar di lehernya. Nyala api rokok di mulutnya memberi cahaya tersendiri dalam gelap nya kidung. Terkadang langkahnya terhenti sejenak, Manyandarkan tubuh di tembok pagar perumahan menghilangkan letih. Hatiku terus bertanya dan bertanya setiap melihat sosok laki-laki itu. Bagaimana dengan keluarganya ? apakah dia memiliki istri? apakah dia memiliki anak? Lalu bagaimana dia menafkahi mereka?. Miris, kembali aku merasakan miris ketika petanyaan-pertanyaan itu selau menghinggapi ku. Dia bukan pengemis, dan dia tidak pernah mengemis. Lalu apa yang dia lakukan setiap malam berjalan memecah kesunyian perumahan ini?.

Pernah ku dengar jika laki-laki itu adalah seorang tukang pijat keliling. Tapi apakah cukup penghasilannya sebagai tukang pijat tuk hidup di dunia yang serba mahal sekarang? . Pernah ku lihat seseorang memanggil laki-laki buta itu dari dalam pagar rumahnya. Kemudian memberikan selembar uang yang tak jelas kulihat berapa nominal nya. laki-laki buta itu menundukkan kepalanya sembari melafalkan terima kasih terdengar tulus seperti do'a yang terucap khusyuk, Kemudian kembali berjalan dengan tongkatnya.

Entah siapa nama laki-laki itu. Entah di mana tempat tinggal nya. Entah apakah dia sudah makan hari ini atau belum. Entah berapa orang yang memikirkan hal itu. Entah apakah ada yang mengetahui keberadaannya.

Dia ada di antara kita, bukan sebagai pelengkap dunia akan tetapi kewajiban kita tuk melengkapinya. Ya Alloh, Maha adil engkau atas segala kelebihan yang telah engkau berikan kepadaku. Maha penyayang engkau atas segala kesempurnaan yang telah ku miliki.


BY: p-cbn.blogspot.com/

Read More --►

Pengikut